Info Syawal 1429 H - Eid Mubarak

. 30 September 2008
1 comments


Dr. Ali B. Panda (MCW member) from Marawi City, Philippines reported: Seen
The Ulama League of the Philippines headed by Aleem Ömar Pasigan concurred by the majority of the Ulama headed by Abu Ali Qadi in Marawi City and Lanao del Sur declared that Eid al-Fitr will be celebrated in the Philippines on Tuesday, September 30, 2008, the first day Shawwal. The declaration is based on the claimes that the moon was sighted in Cotabato¸ Zamboanga¸ Jolo and other places in Mindanao on September 29, 2008. Hower, Sultan a Cabugatan with the call sign of compound base said that moon was sigted in Dalipga, Lumbatan, Lanao del Sur more than seven min before sunset.

M H Zulqarnain from Riyadh, Saudi Arabia reported: Eid is announced
It may be surprising to all, but it has been announced here that moon has been sighted and tomorrow, Tuesday is Eid.

Mrs. Lubna Shawly (MCW member) from Jiddah, Saudi Arabia reported: Eid is announced
The Kingdome of Saudi Arabia Declaired that Eid is tomorrow Tuesday the 30th of September 2008

Niaz Ahmed Khan from UAE reported: Eid is announced
Tuesday is the first day of Eid Al Fitr, the UAE Moon Sighting Committee announced on Monday. The committee, headed by Mohammad Bin Nakhira Al Daheri, Minister of Justice, was quoted by WAM as saying that after a number of legitimate measures, as well as several contacts with neighbouring countries, it was established that Tuesday is the first day of Shawwal and hence the first day of Eid Al Fitr in the UAE.

Rizwan A. Rizvi sent the link which has Shawwal announcement in Lebanon: Official statement by Ayatollah Fazlullah. Here..

Danyal Shoaib from London, UK reported: Eid is announced
This is an official statement for London which has been announced further to my reporting of Regents Park Mosque: "The Coordination Committee of Major Islamic Centres and Mosques of London has agreed that Eid ul-Fitr, will be on Tuesday 30 09 2008." May we have unity in this celebration in the future Ameen. Eid mubarak once again!

Eid Mubarak from Khilafah.com
Announcement about the crescent moon of Shawwal 1429 AH.
After investigating the sightings of the crescent moon of Shawwal and the many reports in some of the Muslim countries. After verifying these reports in accordance to the Shari’ basis, we can announce that these sightings are legitimate according to the great Sunnah and hence Eid will be tomorrow (Tuesday 30th September).

“Berpuasalah kamu karena melihat hilal (bulan sabit) dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) 30 hari.” (HR Bukhari-Muslim).

Warm IEd Whishes
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H
Mohon Maaf Lahir Batin





Celestial Capture by U.S Navy Observatory:
Apparent disk of Moon for 2008 Sep 30 at 07:00 UT, 16.00 WIT or 15.00 WIB.

Info Hilal 1 Syawal 1429 H

. 29 September 2008
0 comments

Last update, 30 September 2008: 06.00 WIT. Info Syawal 1429 H - Eid Mubarak, Eid is announced.

30 September 2008: 04.00 WIT. Menurut prediksi Islamic Crescent's Observation Project (ICOP) konjungsi geosentri akan terjadi pada 29 September 2008 pukul 08:12 UT


Dua dari sekian banyak alasan menulis blog adalah menulis sesuatu yang sudah diketahui/dipahami atau menulis sesuatu yang belum diketahui/dipahami agar kita mendapat respon pembaca supaya saya mendapat tambahan informasi dan pemahaman (tentu bagi pembaca blog ini juga). Hari ini merupakan hari-hari penghujung bulan Ramadhan 1429 H dan hampir mendekati awal bulan Syawal 1429 H.

Sudah menjadi polemik di Indonesia tentang perbedaan penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal. Meski pun demikian, sebagai seorang muslim kita wajib untuk terus memperdalam dan memahami ilmu agama sebagai bekal di hari kemudian. Di tengah kebingungan umat, marilah kita mencari ilmu dab hujjah terhadap suatu masalah agar dapat menyakini dengan kebenaran.

Tulisan ini bermula dari ke khawatiran akan perbedaan tersebut dalam menentukan 1 Syawal 1429 H. Dalam penentuannya, banyak prediksi/cara yang di gunakan untuk menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal diantaranya:

1. Menurut Kriteria Rukyatul Hilal ( Limit Danjon )

Melihat lokasi Indonesia menurut peta visibilitas di atas, kalau Kriteria Limit Danjon diberlakukan maka semua wilayah Indonesia tidak mungkin menyaksikan hilal pada hari pertama terjadinya Ijtimak pada saat setelah matahari terbenam. Pada tahun 2007, Ijtimak pertama terjadi pada tanggal 11 Oktober 2007 (11/10/2007) dan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas yang memegang teguh prinsip rukyatul hilal harus menolak persaksian seseorang yang menyatakan dapat merukyat hilal pada hari itu. Hilal baru mungkin dirukyat pada hari kedua pasca Ijtimak (12/10/2007) . Dengan demikian bulan Ramadhan 1428 H di istikmal atau digenapkan menjadi 30 hari sesuai tuntunan syariah. Berdasarkan peninjauan tersebut jika kita menganut prinsip Rukyatul Hilal maka tanggal 1 Syawal 1428 H akan jatuh pada hari: Sabtu, 13 Oktober 2007


2. Menurut Kriteria Imkanur Rukyat

Pemerintah RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) menetapkan kriteria yang disebut Imkanur Rukyah yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan bulan pada kalender yang menyatakan :

Hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut:

(1). Ketika matahari terbenam, ketinggian bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan

(2). Jarak lengkung bulan-matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3°. Atau

(3). Ketika bulan terbenam, umur bulan tidak kurang dari 8 jam selepas ijtimak berlaku.

Menurut Peta Ketinggian Hilal terlihat bahwa seluruh wilayah Indonesia posisi hilal berada pada ketinggian antara minus 1° di bawah ufuk sampai dengan 1° di atas ufuk saat matahari terbenam di masing-masing lokasi pada hari terjadinya ijtimak sehingga syarat imkanurrukyat belum terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut pada tahun 2007 bulan Ramadhan 1428 H di istikmal atau digenapkan menjadi 30 hari. Maka tanggal 1 Syawal 1428 H menurut pemerintah akan jatuh pada hari: Sabtu, 13 Oktober 2007


3. Menurut Kriteria Wujudul Hilal

Kriteria Wujudul Hilal dalam penentuan awal bulan Hijriyah yang dipedomani oleh Muhammadiyah menyatakan bahwa : "Jika setelah terjadi ijtimak, bulan terbenam setelah terbenamnya matahari maka malam itu ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah tanpa melihat berapapun sudut ketinggian bulan saat matahari terbenam". Berdasarkan posisi hilal saat matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia maka syarat wujudul hilal sudah terpenuhi untuk wilayah terang (hilal di atas ufuk) dan belum memenuhi syarat untuk wilayah merah (hilal di bawah ufuk). Berdasarkan prinsip bahwa Indonesia adalah satu kesatuan wilayah hukum negara (konsep wilayatul hukmi) maka jika ada satu wilayah yang sudah wujud hilal maka berlaku untuk seluruh negara. Berdasarkan kondisi tersebut maka tanggal 1 Syawal 1428 H menurut Muhammadiyah jatuh pada hari : Jumat, 12 Oktober 2007


4. Menurut Kriteria Rukyat Hilal Saudi

Kurangnya pemahaman terhadap ilmu falak yang dimiliki oleh para perukyat serta asingnya perukyat terhadap perkembangan-perkembangan baru dalam teknologi hisab dan rukyat menyebabkan perukyat sering melakukan kesalahan saat identifikasi terhadap obyek yang disebut "hilal" baik yang "sengaja salah" maupun yang tidak disengaja. Klaim terhadap kenampakan hilal oleh seeorang atau kelompok perukyat pada saat hilal masih berada di bawah "limit visibilitas" atau bahkan saat hilal sudah di bawah ufuk sering terjadi. Tidak hanya di Indonesia bahkan di negara-negara lain kasus ini sering terjadi misalnya Arab Saudi sebagai contoh. Sudah bukan berita baru lagi bahwa Saudi kerap kali melakukan istbat terhadap laporan rukyat yang "kontroversi".

Kasus Idul Adha 1424 H yang lalu merupakan salah satu contoh. Bahkan baru-baru ini Saudi juga mengklaim dapat menyaksikan hilal Sya'ban pada 14 September 2007 saat hilal baru berumur sekitar 4 jam selepas ijtimak. Namun demikian keputusan Saudi taat diikuti oleh rakyatnya bahkan banyak diikuti juga oleh negara-negara lain termasuk sebagian masyarakat Indonesia.

Kalender resmi Saudi yang dinamakan "Ummul Quro" telah berkali-kali mengganti kriterianya. Ironisnya banyak istbat penentuan awal bulan justru tidak menggunakan kriteria kalender ini. Sulitnya merumuskan kriteria berdasarkan "klaim rukyat" ini karena kriteria rukyatul hilal yang dipakai Saudi hanya mendasarkan pada laporan rukyat dari seseorang tanpa terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan konfirmasi terhadap laporan tersebut. Hanya dengan mengucapkan syahadah maka laporan tersebut sah adanya begitu tuntunan syariatnya.

Berdasarkan laporan-laporan klaim rukyat tersebut semakin nampak jelas bahwa kriteria awal bulan yang digunakan oleh Saudi lebih mengarah kepada kriteria "Ijtimak Qablal Ghurub" yaitu ".. jika ijtimak terjadi sebelum waktu maghrib (matahari terbenam) maka sore itu adalah awal bulan baru tanpa mengindahkan faktor-faktor yang lain misalnya ketinggian hilal saat terbenamnya matahari ..". Dengan menggunakan acuan ini maka penetapan tanggal 1 Syawal 1428 H di Saudi akan jatuh pada : Jumat, 12 Oktober 2007


5. Kriteria Awal Bulan Negara Lain

Seperti kita ketahui secara resmi Indonesia bersama Malaysia, Brunei dan Singapura lewat pertemuan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) telah menyepakati sebuah kriteria bagi penetapan awal bulan Komariyahnya yang dikenal dengan "Kriteria Imkanurrukyat MABIMS" yaitu umur bulan > 8 jam, tinggi bulan > 2° dan elongasi > 3°.

Menurut catatan Moonsighting Committee Worldwide ternyata penetapan awal bulan ini berbeda-beda di tiap-tiap negara. Ada yang masih teguh mempertahankan rukyat bil fi'li ada pula yang mulai beralih menggunakan hisab atau kalkulasi. Berikut ini beberapa gambaran penetapan awal bulan Komariyah yang resmi digunakan di beberapa negara :

1. Rukyatul Hilal berdasarkan kesaksian Perukyat/Qadi serta pengkajian ulang terhadap hasil rukyat. Antara lain masih diakukan oleh negara : Banglades, India, Pakistan, Oman, Maroko dan Trinidad

2. Hisab dengan kriteria bulan terbenam setelah Matahari dengan diawali ijtimak terlebih dahulu (moonset after sunset) Kriteria ini digunakan oleh Saudi Arabia pada kalender Ummul Qura namun khusus untuk Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah menggunakan pedoman rukyat.

3. Mengikuti Saudi Arabia misalnya negara : Qatar, Kuwait, Emirat Arab, Bahrain, Yaman dan Turki, Iraq, Yordania, Palestina, Libanon dan Sudan.

4. Hisab bulan terbenam minimal 5 menit setelah matahari terbenam dan terjadi setelah ijtimak digunakan oleh Mesir.

5. Menunggu berita dari negeri tetangga --> diadopsi oleh Selandia Baru mengikuti Australia dan Suriname mengikuti negara Guyana.

6. Mengikuti negara Muslim yang pertama kali berhasil rukyat --> Kepulauan Karibia

7. Hisab dengan kriteria umur bulan, ketinggian bulan atau selisih waktu terbenamnya bulan dan matahari --> diadopsi oleh Algeria, Tuki dan Tunisia.

8. Ijtimak Qablal Fajr atau terjadinya ijtimak sebelum fajar diadopsi oleh negara Libya.

9. Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam di Makkah dan bulan terbenam sesudah matahari terbenam di Makkah --> diadopsi oleh komunitas muslim di Amerika Utara dan Eropa

10. Nigeria dan beberapa negara lain tidak tetap menggunakan satu kriteria dan berganti dari tahun ke tahun

11. Menggunakan Rukyat : Namibia, Angola, Zimbabwe, Zambia, Mozambique, Botswana, Swaziland dan Lesotho.

12. Jamaah Ahmadiyah, Bohra, Ismailiyah serta beberapa jamaah lainnya masih menggunakan hisab urfi.

Ijtima sendiri dalam bahasa astronomi disebut konjungsi adalah satu kondisi di mana satu benda langit melewati (menyusul) benda langit lain. Jika dalam satu garis yang tepat tentunya terjadi yang namanya gerhana (gerhana matahari terjadi saat bulan berkonjungsi tepat menghalangi matahari). Jika tidak terjadi gerhana, maka konjungsi yang terjadi tidak menghasilkan sudut elongasi, atau elongasi sebesar 0º.

Pada kasus bulan dan matahari untuk penentuan bulan baru atau new moon, konjungsi atau ijtima terjadi pada saat altitude/ketinggian bulan dan matahari adalah sama. Hal ini disebut sebagai konjungsi geosentris. Setelah konjungsi, matahari akan terbenam lebih dahulu. Hal inilah yang menimbulkan penampakan sabit atau crescent untuk pertama kalinya di awal bulan baru Hijriyah.

Selain konjungsi yang saya pahami di atas (bisa jadi pemahaman saya salah), ada juga konjungsi celestial (bukan berdasarkan koordinat azimut/bumi tapi koordinat matahari/celestial) yang menjadi patokan kondisi yang disebut dark moon. Konjungsi inilah yang saya gunakan pada tulisan --- terdahulu dalam menantikan awal Ramadhan 1429 H.

Menurut ketentuan Rasulullah, satu bulan itu adalah masa bulan mengelilingi bumi dari ijtima ke ijtima. Menurut ilmu astronomi rata-ratanya adalah 29 hari 12 jam 44 menit 2.8 detik. Oleh karena hal tersebut peristiwa ijtima menjadi patokan penting kriteria penentuan awal bulan.

Dalam hal ini saya tetap menyakini Rukyatul Hilal dalam memastikan awal/akhir bulan baru khususnya awal Ramadhan dan awal bulan Syawal yang didalamnya terdapat rahmat spesial dalam melaksankan ibadah. Menurut pendapat pribadi saya, ilmu falaq/hisab dapat digunakan untuk memprediksi kemunculan bulan, namun tetap di pastikan dengan Rukyak. Dijaman yang sudah canggih saat ini, kita bisa menggunakan teropong 'canggih' untuk menilik bulan sabit.

Memprediksi dengan ilmu falaq, kemudian melihat hasil celestial dari tangkapan teropong dan melakukan Rukyat di lapangan terbuka sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW, serta menanti kabar jika masih gagal melihatnya. Hingga hisab menjadi solusi akhir jika informasi global tidak di temukan.

Ini adalah tangkapan celestial pada pukul 15.00 WIT, 29 September 2008 (Thin Sighting)



Hasil tangkapan celestial pada pukul 04.00 WIT, 30 September 2008 dari U.S Navy Observatory (Sighting)



Informasi hilal dan penetapan 1 syawal di seluruh dunia insya Allah dapat anda ikuti melalui misalnya, http://icoproject.org/ atau http://moonsighting.com . Di tanah air, telah ada website http://rukyatulhilal.org atau mengacu pada http://bosscha.itb.ac.id/hilal/

Keep watch!